Kasus Wabah Penyakit PMK pada Kerbau India, Peringatan Keras Buat Pemerintah


Peringatan Keras Buat Importir Daging Kerbau Dengan Adanya Wabah PMK di India, Ini Bahaya dan Kerugian Yang Harus Ditanggung Jika PMK Berjangkit Lagi di Negara Kita

Maraknya berita kasus mewabahnya PMK di India sudah seharusnya membuat pemerintah kita khawatir. Hal ini sangat beralasan mengingat kita adalah salah satu importir daging kerbau asal India. Dan disisi lain penyakit PMK adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi ternak sapi, kambing, kerbau dll yang sangat merugikan, mudah menular dan juga mematikan.
Sebelumnya, berdasarkan laporan dari Tribune India, PMK tengah mewabah di salah satu sentra peternakan kerbau terbesar di India, yakni di Punjab. Adapun, 85% dari total populasi penduduk di kawasan tersebut memiliki usaha peternakan kerbau. Hal itu menjadi ancaman tersendiri bagi Indonesia, yang pada tahun ini memutuskan untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau dari India.
Penyakit mulut dan kuku ini adalah salah satu alasan negara kita menutup keran impor daging dari India sebelum akhirnya dbuka pada beberapa waktu yang lalu. Pembukaan keran impor daging asal india tentunya melalui pengawasan yang sangat-sangat ketat mengingat negara India belum terbebas dari PMK ini. Hanya sebagian distrik di India yang sudah dinyatakan bebas PMK tetapi tidak secara keseluruhan sehingga masih banyak terbuka kemungkinan penyakit ini bisa terbawa sampai Indonesia.

Indonesia sendiri pernah menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk bisa membebaskan peternakan kita dari PMK sehingga pemasukan daging asal India ini hingga saat ini masih menimbulkan pro kontra dikalangan praktisi peternakan dan tidak sedikit yang menyayangkannya mengingat bahayanya PMK ini. Dan saat ini ternyata PMK sedang berjangkit di India sehingga dirjen peternakan kita sampai membuat surat untuk memastikan adanya jaminan keamanan daging yang diimpor dari India benar-benar bebas PMK.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian I Ketut Diarmita dalam surat resmi bertanggal 6 Maret 2019 kepada Kedutaan Besar India meminta agar ada kepastian kesehatan daging kerbau yang diekspor ke Indonesia.

"Saya meminta klarifikasi Anda mengenai pembaruan pada situasi PMK dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi wabah PMK di distrik yang disebutkan dalam media massa," tulisnya dalam surat yang disebar kepada media pada Rabu (13/3/2019).

Ketut Diarmita meminta pemerintah India menjawab kelima pertanyaan berikut:

1. Apakah tindakan karantina dikenakan pada perusahaan dengan kasus yang diduga, sambil menunggu diagnosis akhir? Apa prosedur lain yang diikuti sehubungan dengan kasus yang dicurigai?

2. Tunjukkan prosedur pengambilan sampel, pengiriman dan pengujian yang akan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkonfirmasi keberadaan agen patogen.

3. Jelaskan tindakan yang akan diambil untuk mengendalikan situasi penyakit di dalam dan sekitar perusahaan di mana wabah dikonfirmasi.

4. Jelaskan secara terperinci prosedur pengendalian atau pemberantasan yang akan diambil. Dalam hal vaksinasi darurat, tunjukkan sumber dan jenis vaksin dan berikan perincian skema pasokan dan stok vaksin apa pun.

5. Jelaskan kriteria dan prosedur yang akan digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa wabah telah berhasil dikendalikan atau diberantas, termasuk program pengawasan serologis.
Sejak tahun 1990 Indonesia telah diakui oleh OIE sebagai negara yang terbebas dari PMK. Sebuah prestasi besar bila mengingat besarnya perjuangan berbagai kalangan yang tanpa lelah selama 12 tahun sejak dari tahun 1974 sampai tahun 1986 membumihanguskan PMK dari bumi Ibu Pertiwi. Berdasarkan data PMK pernah "menetap" di Indonesia. Pertama kali "singgah" tahun 1887 di daerah Malang Jawa Timur. Merupakan sebuah kerugian yang nyata bila kemudian penyakit ini kembali "mampir kembali" di Indonesia.
Sebagai catatan pemerintah Inggris mengalami kerugian yang sangat tinggi ketika harus memusnahkan jutaan sapinya akibat terkena PMK. Sinyal lampu kuning yang harus diperhitungkan pemerintah dibanding kilauan tawaran harga yang didengung-dengungkan oleh Brasil yang bisa sampai 60% dari harga daging sapi yang biasa Indonesia beli dari Australia atau New Zealand. Dan daya tarik murahnya harga daging kerbau dari India sepertinya telah menutup mata pemerintah terhadap bahaya PMK.
 
Dengan mewabahnya PMK tersebut sudah sangat layak jika pemerintah selaku importir daging kerbau India khawatir dan meminta jaminan keamanan daging yang diimpornya dari tercemarnya penyakit PMK ini. Pemerintah wajib sangat berhati-hati jangan sampai PMK bisa hidup lagi di Indonesia.

Ada baiknya jika pemerintah menghentikan sementara impor daging kerbau dari India sampai wabah PMK bisa diatasi pemerintah India.

Seperti Apa Bahaya PMK?

Secara umum PMK menyerang hewan yang berkuku genap. Seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, dan menjangan. PMK disebabkan oleh virus yang sangat kecil yaitu berdiameter lebih kurang 20 milimikron.

Virus terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan mudah berubah.

Gejala Penyakit pada Ternak

Secara klinis hewan yang terkena PMK dapat diketahui dari tanda-tanda berikut: lesu\/ lemah, suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 41 derajat celcius), keluar air liur secara melimpah, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot hidup berkurang, produksi susu menurun bagi ternak penghasil susu, dan tingkat kesakitan sampai 100%.

Tingkat kematian pada hewan dewasa umumnya rendah. Namun, biasanya tinggi pada hewan muda akibat myocarditis. Tanda khas PMK adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang bersisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki, dan di ambing susu.

Kerugian Akibat PMK

Bila PMK kembali "tinggal" di Indonesia maka akan merugikan hal-hal berikut ini:
  • (a) Penurunan produktivitas kerja ternak.
  • (b) Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah, dan menelan pakan. Bahkan pada kasus yang sangat parah ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas.
  • (c) Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terkena PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor mampu beranak lima ekor karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%.
  • (d) Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerja di pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
  • (e) Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.
Bahaya PMK lainnya adalah penyakit ini sangat mudah menyebar ke ternak berkaki genap lainnya. Seperti yang terjadi di Inggris yang hanya memerlukan waktu seminggu untuk membuat penyakit ini beredar. Kiranya wajar bila para stake holder peternakan banyak yang bersuara keras untuk menyatakan nyalakan lampu merah untuk impor daging dari India.

Memang besar sekali resiko yang harus ditanggung jika wabah atau penyakit PMK bisa masuk lagi ke negara kita mengingat kerugian yang ditimbulkan sangatlah besar dan butuh waktu, tenaga dan biaya yang sangat besar untuk membebaskan kembali suatu negara yang terkena wabah PMK.

Sudahkah sesuai resiko tersebut dengan murahnya harga daging kerbau yang diimpor dari negara yang belum bebas PMK? Cukupkah keuntungan dari impor daging murah tersebut untuk dijadikan cadangan biaya jika PMK sampai mewabah di Indonesia? Monggo dipikirkan sama-sama demi kemajuan dunia peternakan kita.

Diolah dari berbagai sumber


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Tentang Ternak dan Burung Updated at: 5:53 AM
Powered by Blogger.