Keunggulan Sapi Ongole dan PO Adalah Tahan Terhadap Penyakit, Tahan Suhu Saat Kemarau dan Bisa Berkembang dan Beradaptasi Dengan Pakan Yang Jelek
Sapi Ongole adalah jenis sapi asli yang berasal dari Distrik Prakasam di negara bagian Andhra Pradesh di India. Trah ini mendapatkan namanya dari tempat asal trah itu, Ongole.
Sapi termasuk hewan herbivora atau pemakan tumbuhan. Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan sebagai ruminansia (hewan pemamah biak) karena makanannya dicerna di dalam rumen (perut yang terletak antara kerongkongan dan perut jala).
Sapi merupakan anggota Suku Bovidae dan Anak Suku Bovinae. Berdasarkan taksonomi sapi, bangsa sapi di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Bos indicus, Bos taurus, dan Bos javanicus. Sapi-sapi tersebut memiliki karakteristik warna kulit maupun ukuran tubuh yang berbeda. Berdasarkan uji jarak genetik, sapi madura mempunyai hubungan terdekat dengan sapi bali (Bos sondaicus/javanicus). Sedangkan sapi madura, sapi jawa dan sapi peranakan ongole diklasifikasikan sebagai Bos indicus, karena merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India.
Sapi ongole (Bos indicus) mempunyai ciri-ciri fisik yaitu bewarna putih sedikit keabu–abuan, warna pada jantan lebih gelap daripada yang betina. Kepalanya panjang, telinganya kecil dan bergantung, ukuran tanduk sedang. Sapi ini bergelambir, tubuh besar, berpunuk di atas bahu, paha besar, serta kulit tebal. Ukuran punuk pada jantan lebih besar dari punuk betina.
Sapi ongole merupakan jenis sapi potong terbaik di daerah tropis. Walaupun tumbuh dan berkembang di negeri empat musim namun sapi jenis ini mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru, tahan terhadap panas dan gigitan caplak (sejenis kutu).
Ada satu penyakit yang ditakuti peternak sapi menyerang peliharaan mereka, yaitu penyakit antraks. Berdasarkan pedoman “Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular (PHM)” yang diterbitkan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016) bahwa penyakit antraks (anthrax) atau disebut juga dengan radang limpa adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis. Umumnya menyerang semua hewan berdarah panas.
Penyakit ini bersifat universal, tersebar di seluruh dunia, baik negara yang beriklim tropis maupun sub tropis. Antraks telah dikenal sejak zaman Nabi Musa. Penyakit ini menyerang keledai, kuda, unta, sapi dan domba. Pada tahun 1613 di Eropa 60.000 orang meninggal diduga akibat antraks dan tahun 1923 di Afrika Selatan dilaporkan kematian 30.000 – 60.000 ekor hewan. Di Indonesia berita tentang penyakit menyerupai antraks menyerang ternak kerbau di daerah Teluk Betung (Lampung) pernah dimuat dalam “Javasche Courant” tahun 1884.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4026/ Kpts./OT.140/3/2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan Menular Strategis, penyakit antraks merupakan salah satu dari 25 penyakit yang menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan kematian hewan yang tinggi.
Berdasarkan pedoman diatas, pencegahan penyakit antraks dapat dilakukan sebagai berikut:
1) bagi daerah bebas antraks, tindakan pencegahan didasarkan pada peraturan yang ketat dalam pengawasan pemasukan hewan ke daerah tersebut; 2) bagi daerah endemik/enzootik, untuk pencegahan penyakit dilakukan vaksinasi sesuai anjuran diikuti pengawasan ketat; 3) untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih perlakuan, yaitu penyuntikan antibiotik atau kemoterapeutik, penyuntikan serum, penyuntikan serum kombinasi dengan antibiotik atau kemoterapeutik. Dua minggu kemudian disusul dengan vaksinasi.
1) bagi daerah bebas antraks, tindakan pencegahan didasarkan pada peraturan yang ketat dalam pengawasan pemasukan hewan ke daerah tersebut; 2) bagi daerah endemik/enzootik, untuk pencegahan penyakit dilakukan vaksinasi sesuai anjuran diikuti pengawasan ketat; 3) untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih perlakuan, yaitu penyuntikan antibiotik atau kemoterapeutik, penyuntikan serum, penyuntikan serum kombinasi dengan antibiotik atau kemoterapeutik. Dua minggu kemudian disusul dengan vaksinasi.
Karakteristik Sapi Ongole
- Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar, dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir, dan lutut berwarna hitam, terutama sapi jantan.
- Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam.
- Kepala pendek dengan profil melengkung. Mata besar dengan sorot yang tenang.
- Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan.
- Telinga panjang dan menggantung, Sapi Ongole akan dewasa kelamin pada umur 24-30 bulan. Sapi Ongole tergolong lambat dewasa. Jenis sapi ini akan mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun.
- Bobot maksimal sapi dewasa 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg. Persentase karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1
- Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan
- Warna bulu putih abu-abu baru muncul ketika lepas sapih
- Pada jantan kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya
- Mata besar dan terang
- Bulu sekitar mata berwarna hitam
- Bulu jambul ekor berwarna hitam
- Bentuk kepala pendek melengkung
- Telinga panjang dan menggantung
- Perut agak besar
- Bergelambir longgar dan menggantung
- Punuk besar
- Leher Pendek
- Tanduk Pendek
- Mampu berdaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan
- Cepat bereproduksi
- Tempramen bagus
- Tahan terhadap ekto dan endoparasit
- Pertumbuhan relatif cepat
- Presentase karkas dan kualitas daging baik
- Aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak
- Jantannya memiliki kualitas semen yang baik