Tips Cara Merawat Induk Bunting Yang Benar Agar Lancar Saat Melahirkan

Tips Perawatan Induk Bunting dan Cara Deteksi Kebuntingan Tercepat 

Induk sapi yang sedang bunting memerlukan perawatan yang ekstra perhatian. Sapi bunting tidak boleh menjadi terlalu gemuk tetapi juga tidak boleh terlalu kurus, yang sedang-sedang saja.
Lama kebuntingan pada sapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bangsa atau breed, umur, frekwensi beranak, dan kelamin anak yang dikandung.
Jika terlalu gemuk bisa mengalami kesulitan saat melahirkan dan jika terlalu kurus maka asupan gizi pada janin calon pedet bisa tidak terpenuhi dan bisa mengakibatkan pedet lahir lemah bahkan cacat dan yang lebih parah bisa mengakibatkan kematian pedet. Pakan hijauan sangat penting bagi induk bunting. Salah satu hijauan yang bagus untuk induk bunting adalah dengan legume Indigofera.
Indigofera merupakan salah satu jenis legume yang sangat baik sebagai hijauan pakan ternak. Ketut menjelaskan, kandungan protein kasar indigofera cukup tinggi yaitu 22-30 persen, begitu juga dengan kandungan mineral pentingnya, yaitu 0,22 persen kalsium dan 0,18 persen fosfor. "Kandungan tanin dari indigofera sangat rendah sehingga disukai ternak," Selain itu, hijauan tersebut dinilai sangat bagus untuk pedet sapih, induk bunting dan menyusui karena dapat digunakan sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi.
Cara Merawat Induk Bunting, Perlu Memperhatikan Hal-hal Sebagai Berikut:
Makanan untuk sapi bunting perlu diperhatikan lebih serius. Makanan harus mengandung Ca dan P yang cukup untuk pertumbuhan janin serta dengan SK minimum 13 %.
Tempatkan induk bunting pada kandang individual.
Lakukan Exsercise dengan jalan-jalan di padang gembala sekitar 2 jam/hari.
Berikan makanan penguat menjelang induk beranak, untuk :
-pembentukan ambing, khususnya untuk sapi dara
-pembentukan colustrum
-berpengaruh pada produksi susu masa laktasi yang akan datang
Pemerahan harus dihentikan 1½ – 2 bulan setelah melahirkan (sapi kering) dengan tujuan :
-Mengembalikan kondisi tubuh atau memberikan istirahat pada sapi
agar produksi yang akan datang baik
-Mengisi kembali kebutuhan vitamin-vitamin dan mineral-mineral
setelah laktasi sehingga sapi tetap sehat.
-Menjamin pertumbuhan fetus dalam kandungan
Keadaan fisik sapi bunting ini akan mempengaruhi produksi selama masa laktasi mendatang.
Sapi yang telah bunting tua perlu dilepaskan di lapangan secara teratur. Dengan dilepas bebas di lapangan maka sapi tersebut dapat dengan bebas bergerak kemana-mana dan ini merupakan gerak badan sapi tersebut. Gerak badan itu penting untuk menjamin kesehatan tubuhnya dan memperlancar foetus pada saat melahirkan.
Sapi yang sedang bunting harus kita hindarkan dari benturan apapun, termasuk jangan sampai tergelincir.
Menjelang induk sapi ini melahirkan, maka harus ditambah lagi makanan yang cukup dan ditambah makanan penguat yang kandungan Proddnya 16%, jumlahnya 2 - 3 kg /ekor untuk setiap harinya. Hal ini berguna sekali untuk: membantu pembentukan ambing, terutama pada sapi dara; membantu pembuatan kolestrum.
Makanan ini sangat diperhatikan benar-benar karena akan mempengaruhi fisik. Keadaan fisik sapi bunting akan menentukan produksi susu selama masa laktasi mendatang. Telah diketahui bahwa sapi bunting perlu dilepaskan di lapangan terbuka agar dapat bebas bergerak. Gerak badan ini sangat penting pula artinya buat sapi yang bunting, keuntungan gerak badan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Otot-otot daging memperoleh latihan sehingga memperlancar peredaran darah.
b. Menjaga kesehatan, bentuk dan posisi kuku sapi supaya tetap baik.

Gerak badan sapi atau melepaskan sapi bunting di lapangan terbuka ini, sebaiknya di tempat yang berumput dan terkena sinar matahari selama 1 - 2 jam. juga sebaiknya sapi tersebut dilepaskan setelah dimandikan terlebih dahulu.

Perhatian terhadap ransum penting dilakukan terutama setelah umur kebuntingan lebih dari 2 bulan. Sebab sapi perah bunting harus mempersiapkan perkembangan foetus yang dikandungnya dan memperbaiki kondisi tubuhnya sendiri untuk laktasi yang berikutnya.

Sapi bunting harus mendapat energi yang cukup, tapi jangan berlebihan. Sapi  bunting yang mendapat energi berlebihan akan kegemukan dan biasanya mengalami kesukaran melahirkan (distokia).

Penyediaan protein dalam tubuh lebih terbatas dibandingkan penyediaan energi. Oleh karena itu protein harus cukup tersedia dalam ransum yang diberikan. Kekurangan protein dapat menyebabkan menurunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kematian pada pedet yang dilahirkan.

Berbagai jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan sapi bunting dan foetus yang dikandungnya harus dapat dicegah. Penularan beberapa jenis penyakit melalui viral dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dan foetus. Akibat pedet yang dilahirkan mati atau dalam keadaan lemah dan akhirnya mati. Infeksi dapat pula terjadi pada uterus sapi perah yang sedang bunting dan kemudian menimbulkan infeksi pula pada plasenta dan foetus.

Pencegahan penyakit pada sapi bunting maupun sapi perah lainnya, dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, dan orang yang memelihara/merawatnya. Kandang harus dijaga supaya tetap bersih. Ada baiknya pada waktu-waktu tertentu lantai kandang dibersihkan dengan menggunakan karbol atau densol, tetapi dijaga agar jangan sampai membahayakan sapi.

Pembuangan air dalam kandang harus tersalur dengan baik dan diusahakan agar tidak terjadi genangan air di dalam dan di sekitar kandang. Kandang yang selalu terjaga kebersihannya, akan membuat sapi-sapi yang ada di dalam kandang selalu bersih. Sapi perah sebaiknya dimandikan setiap pagi. Hal ini perlu karena pada malam hari kandang tidak dibersihkan, sehingga kotoran sapi yang ada pada malam hari akan menempel pada badan sapi, pada saat sapi sedang tidur atau berbaring.

Peralatan kandang yang digunakan sehari-hari, setiap selesai digunakan harus dibersihkan dan ditaruh pada tempat yang bersih dan aman. Pada waktu ada wabah penyakit berjangkit, peralatan-peralatan kandang perlu dibersihkan dengan menggunakan desinfektan. Hindarkan meminjam ataupun meminjamkan peralatan kandang pada peternak lain.

Kesehatan pekerja yang merawat sapi harus selalu terjaga baik dan dijaga jangan sampai sapi-sapi perah tertular penyakit tertentu dari orang yang merawatnya.

Lama kebuntingan pada sapi  dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain bangsa atau breed, umur, frekwensi beranak, dan kelamin anak yang dikandung. Beberapa di antara bangsa sapi perah menunjukan lama kebuntingan sebagai berikut :

LAMA KEBUNTINGAN RATA-RATA
DARI BEBERAPA BANGSA SAPI PERAH
Bangsa Lama Bunting (hari)
Ayrshire Brown Swiss
Guernsey
Frisian Holstein
Jersey
278 288
283
279
278
Sumber : Reaves & Henderson 1963

Anak jantan dikandung lebih lama sekitar 1 – 3 hari dibanding dengan anak betina. Sapi perah yang baru pertama kali beranak, lama kebuntingannya lebih singkat sekitar 2 hari dibandingkan sapi perah induk yang sudah sering beranak.

Beberapa hari sebelum melahirkan, sapi  bunting hendaknya ditempatkan pada kandang yang lantainya telah diberi jejabah seperti jerami kering, rumput kerinng, dsb. Kandang beranak harus terbebas dari segala gangguan, baik pada sapi perah yang akan melahirkan maupun pada anak yang dilahirkan.

Agar saat-saat melahirkan dapat diketahui, Tanggal perkawinan perlu dicatat. Pada saat menjelang kelahiran, puting susu akan membengkak. Pengawasan terhadap sapi yang akan melahirkan harus lebih diperketat.

Deteksi Kebuntingan Tercepat Menggunakan Asam Sulfat

Prinsip kerja deteksi kebuntingan menggunakan asam sulfat adalah akan membakar zat organik dalam hal ini hormone yang terdapat pada urine sapi bunting. Partodihardjo (1992), menyatakan larutan 2 ml urine ditambah 10 ml aquadest kemudian dibakar dengan 15 ml asam sulfat pekat akan menimbulkan gas fluorescence di permukaan cairan. Gas tersebut timbul karena adanya hormon esterogen di dalam urine. Hormon esterogen diproduksi jika seekor ternak telah mengalami perkawinan dan berada pada proses kebuntingan. Ditambah oleh Illawati (2009), penggunaan volume asam sulfat pekat 0.5 ml yang lebih efektif untuk deteksi kebuntingan. Penggunaan asam sulfat pekat 0.5 ml menghasilkan warna yang berubah dari kuning muda menjadi keunguan ini menunjukan kebuntingan yang jelas.

Prosedur kerja deteksi kebuntingan menggunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai berikut :
  • Siapkan alat dan bahan yaitu : gelas minum kaca bening (tanpa gambar), kertas putih sebagai alas gelas dan batang pengaduk. Bahan yang digunakan; urine sapi/kambing/domba yang baru (1 – 2 cc), air aquadest steril/air mineral (10 cc) dan asam sulfat (H2SO4)/ dapat pula menggunakan air accu (accu zur) (1cc).
  • Taruh gelas kaca bening diatas sehelai kertas putih.
  • Tampunglah urine segar saat kencing langsung dalam wadah yang bersih. Merangsang kencing ternak sapi : siram punggung ternak dengan air dan tunggu beberapa saat. Merangsang kencing kambing/domba : bekep mulut ternak sampai meronta dan tunggu beberapa saat.
  • Ambil 2 cc urine tersebut dan masukkan dalm gelas kaca bening.
  • Tambahkan sebanyak 10 cc air aquadest steril/air mineral, kemudian aduk merata.
  • Tambahkan cairan air aki sebanyak 1 cc.
  • Aduk sampai rata dan kemudian tunggu 5- 10 menit.
Amati apakah urine tersebut berubah warna atau tidak, jika urine berubah warna dari kuning menjadi keungunan berarti ternak tersebut bunting, sebaliknya bila tidak terjadi perubahan warna maka ternak tersebut tidak bunting. Semakin pekat larutan H2SO4 yang digunakan maka perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat. Deteksi kebuntingan ini dapat dilakukan pada hari ke-24 sampai 32 setelah perkawinan. Sedangkan deteksi kebuntingan yang umum dilakukan sekarang adalah dengan palpasi per rectal yang dapat dilakukan 2-3 bulan setelah perkawinan/inseminasi dan semakin tepat dengan bertambahnya umur kebuntingan.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Tentang Ternak dan Burung Updated at: 5:49 AM
Powered by Blogger.