Jenis Burung Dapat Dibedakan Berdasarkan Makanannya, Bentuk Kakinya dan Habitatnya
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Jenis Burung Berdasarkan Makanannya
1. Burung Pemakan Biji – Bijian
Jenis yang pertama adalah burung pemakan biji – bijian. Pada umunya sobat, burung pemakan biji – bijian ini memiliki paruh yang pendek, kuat, tebal, ujung paruh biasanya bengkok, paruh bagian atas pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan paruh bagian bawah ( namun pada sebagian burung bisa juga memiliki ukuran paruh burung yang sama ) serta berbentuk kerucut. Pada umumnya paruh dengan bentuk seperti ini digunaan untuk mematuk dan juga mengupas kulit biji , dan juga menghancurkan biji – bijian.
2. Burung Pemakan Serangga
Jenis yang kedua adalah burung pemakan serangga. Pada umunya bentuk paruh burung pemakan serangga ini adalah berbentuk seperti silinder, ramping dan pendek sesuai dengan fungsinya yakni untuk menangkap serangga. Lain hal nya dengan burung pemakan ulat, cacing dan juga hewan lunak yang lain, burung seperti ini mempunyai paruh panjang yang cukup peka. Apabila mangsanya masih hidup, maka akan dibanting – banting ke tanah sampai mati dengan menggunakan paruhnya, baru setelah itu akan ditelan olehnya.
3. Burung Pemakan Daging
Jenis yang ketiga adalah burung pemakan daging. Adapun yang termasuk kedalam burung pemkana daging adalah seperti elang. Pada umunya ia akan mencari ular atau tikus sawah untuk dimangsanya. Burung ini memiliki jenis paruh yang panjang dan kuat agar bisa memangsa makanananya sendiri. Jenis burung pemakan hewan ini merupakan jenis burung yang paling kuat dan paling besar, olah karena itulah burung yang satu ini juga memiliki paruh burung yang lebih panjang dan kuat .
4. Burung Pemakan Segalanya
Jenis yang keempat adalah burung pemakan segalanya. Burung yang satu ini memiliki paruh yang bengkok dengan paruh dibagian bawahnya melengkung ke atas, dan paruh bagian atas melengkung kebawah. Conth burung yang satu ini adalah seperti burung kakatua.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang.
Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang kelas aves.
Karakteristik Burung
Yang paling luar biasa dari karakteristik burung adalah bulu. Bulu adalah sifat diagnostik burung. Tidak ada binatang hidup lainnya memiliki bulu. Kontur dan kekuatan bulu memungkinkan penerbangan burung. Pada saat yang sama mereka ringan dan memberikan insulasi yang sangat baik dan perlindungan fisik pada tubuh burung.
Bulu warna memberikan baik penyembunyian dan sarana berkomunikasi dengan saingan dan pasangan. Bulu yang penuh semangat murah untuk memproduksi, dan burung dapat tumbuh setidaknya mantel bulu baru parsial setiap tahun. Burung sangat terampil, selebaran yang kuat. Terbang, bagaimanapun, merupakan kegiatan penuh semangat mahal, dan hampir tidak ada aspek anatomi burung yang belum dipengaruhi oleh tuntutan penerbangan.
Dalam kepentingan penurunan berat badan, beberapa tulang burung telah menyatu atau mengurangi ukuran, dan banyak tulang dalam tubuh burung yang berlubang dan penuh dengan udara (pneumatized).
Burung memiliki paruh ringan daripada rahang penuh dengan gigi yang berat, dan beberapa organ internal mengurangi ukuran atau tidak. Stabilitas dalam penerbangan meningkat dengan rencana tubuh secara keseluruhan burung, yang menempatkan massa terbesar di daerah terpusat antara sayap, menyediakan pusat kompak gravitasi.
Untuk memberikan kekuatan untuk terbang, burung memiliki sangat efisien peredaran darah dan pernapasan sistem, yang terakhir termasuk sistem kantung udara yang membantu dengan termoregulasi dan daya apung serta menawarkan perlindungan untuk organ internal. Kontrol dan penyesuaian yang cepat selama penerbangan dibantu oleh sistem burung canggih saraf pusat dan ketajaman visual yang luar biasa.
Evolusi Dan Morfologi Aves
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari manusia.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu- bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain.
Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
Jenis Burung Berdasarkan Bentuk Kakinya
Berikut ini jenis-jenis kaki burung beserta fungsinya :
1. Jenis Burung Perenang = Jenis Kaki Berselaput
Jenis unggas atau burung yang mempunyai kai berselaput. Jenis kaki berselaput ini berfungsi untuk berenang di air. Contoh burung yang empunyai kaki berselaput adalah bebek, itik dan burung pelikan.
Kaki Ayam
2. Jenis Burung Pejalan Kaki = Jenis Kaki Berupa Tiga Jari Ke depan dan Satu Ke Belakang
Jenis burung yang mempunyai bentuk kaki berupa tiga jari ke depan dan satu jari ke belakang adalah ayam dan burung unta. Kaki ini berfungsi untuk berjalan atau berlari di atas tanah, serta berfungsi untuk menggaruk-garuk dan mengais makanan yang ada di tanah.
Kaki Burung Elang
3. Jenis Burung Pemakan Daging = Jenis Kaki berkuku Tajam, Melengkung dan Runcing
Jenis-jenis burung yang merupakan karnivora atau pemakan daging memiliki jenis kaki yang berkuku tajam, melengkung dan runcing. Contoh burung yang memiliki jenis kaki seperti adalah elang dan rajawali. Jenis kaki berkuku tajam dan melengkung ini berfungsi untuk mencengkeram mangsa. Kakinya juga merupakan kaki yang kuat untuk bisa digunakan untuk berburu dam membawa mangsanya terbang ke atas.
Kaki Burung Pelatuk
4. Jenis Burung Pemanjat = Jenis Kaki dengan Dua Jari Ke belakang dan Dua Jari ke Depan
Diantara burung pemanjat adalah burung pelatuk. Bentuk dua jari ke belakang dan ke depan berfungsi untuk memudahkan burung pelatuk untuk memanjat pohon. Hal itu karena makanan burung pelatuk adalah serangga, serangga ini banyak yang berada di batang-batang dan lubang-lubang pohon.
Kaki Burung Pipit
5. Jenis Kaki Panjang Dan Datar
Burung yang mempunyai jenis kaki panjang dan datar diantaranya adalah burung Pipit, Burung kenari dan kutilang. Jenis kaki ini berfungsi untuk memudahkan berdiri atau bertengger di atas ranting-ranting pohon.
Sruktur Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik.
Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
Plumae, Bulu yang sempurna.
Barbae
Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Vexillum,yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
Tectrices, bulu yang menutupi badan.
Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid.
Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu.
Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003).
Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya.
Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.
Jenis Burung Berdasarkan Habitatnya
Berdasarkan habitatnya, jenis burung dibagi sebagai berikut.
Hutan
Burung hutan adalah burung-burung yang tempat hidupnya di dalam hutan. Dalam mencari pakan dan berkembang biak, burung hutan sangat tergantung dengan kondisi hutan. Umumnya, burung-burung hutan termasuk burung-burung yang memiliki suara bagus. Contoh burung yang termasuk dalam jenis burung hutan yaitu cucakrawa (Pycnonotus zeylanicus), murai batu (Copsychus malabaricus), dan poksay kuda (Garrulax rufifrons).
Savana
Burung savana adalah burung-burung yang hidup dan mencari makan pada habitat padang rumput savana dan sekitarnya. Contohnya yaitu cica koreng (Cisticola juncidis), Cisticola exilis, Megalurus palustris, merak (Pavo muticus), dan aneka jenis pipit (Lonchura spp.).
Danau
Burung danau adalah burung-burung yang hidup dan mencari pakan di habitat danau atau kolam-kolam yang besar, di antaranya burungburung yang secara spesifik dapat berenang di per airan danau. Burung jenis ini umumnya mencari makan berupa tanaman alga, ikan-ikan kecil dan sejenisnya. Contohnya yaitu burung belibis (Dendrocygna arquata), itik-itikan (Anas superciliosa), dan titihan (Tachybaptus ruficolis).
Sungai
Burung sungai adalah burung-burung yang secara spesifik hidup dan berkembang biak di sekitar sungai. Beberapa jenis di antaranya cekakak (Halcyon chloris) dan meninting (Alcedo meninting). Kedua spesies burung tersebut ketika musim berkembang biak biasanya membuat sarang di tepi sungai. Burung-burung sungai yang menetap di hutan pun spesifik jenisnya. Beberapa spesies yang sering dijumpai yaitu menintin kecil (Enicurus velatus), menintin besar (Enicurus leschenaulti), dan Motacilla cinerea. Ketiga spesies burung tersebut umumnya menempati pada habitat sungai yang airnya tidak dalam, tidak deras atau dangkal, dan banyak terdapat bebatuan.
Gua
Burung-burung di habitat gua memiliki sifat y ang sangat spesifik. Hal ini disebabkan kondisi gua yang gelap dan tidak mudah dijumpai di sembarang tempat. Spesies burung yang menempati habitat gua di antaranya kelompok walet dari suku Apodidae, yaitu Collocalia fuchiphaga, yang menempati gua bagian paling gelap atau bagian dalam. Pada bagian luar gua, terutama tebing biasanya dihuni oleh kelompok Myophonus glaucinus dan Myophonus caeruleus sebagai tempat bersarangnya.
Pantai
Burung-burung yang menetap di pantai juga memiliki sifat khas. Hal ini karena daerah pantai biasanya berlumpur dan dekat dengan laut. Pada daratan pantai, umumnya dihuni oleh kelompok burung wader, yang di Indonesia tercatat berjumlah 84 spesies. Contohnya wilwau (Myctirea cinerea) yang berkaki panjang dan berparuh tebal memanjang dengan ujung meruncing. Kondisi tersebut disesuaikan karena M. cinerea merupakan pemakan ikan. Pada daratan pantai yang biasanya ditumbuhi dengan tumbuhan pantai dan mangrove, dihuni oleh kelompok burung-burung merandai seperti pecuk (Phalacrocorax sulcirostris), cangak abu (Ardea purpurea) dan cangak merah (Ardea cinerea).
Aransemen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus.
Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke tubuh.
Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).
Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage.
Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
Juvenalplumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter plumage.
First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin.
Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
Fungsi Bulu
Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.
Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu mereka.
Penutup tubuh.
Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan mengerem.
Untuk memperindah tubuh.
Plumae berfungsi agar dapat terbang.
Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
Mengangkat tubuh burung di udara.
Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
Untuk melindungi kulit dari serangga.
Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami.
Struktur Hewan Aves
SISTEM RANGKA
a) Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang. Adaptasi tulang
burung adalah sebagai berikut :
Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan mamalia.
Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas, berguna sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas.
Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang.
Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang.
Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang.
Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.
b) Fungsi rangka
Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
Tulang hasta lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
Tulang pengumpil lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
Korakoid : Penghubung tulang dada.
Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
Pelvis : Penghubung tulang ekor.
Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
Tulang paha : Untuk persendian.
SISTEM PENCERNAAN
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Paruh : merupakan modifikasi dari gigi, yang berfungsi untuk mengambil makanan
Rongga mulut : terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut danTanduk.
Faring : berupa saluran pendek.
Esofagus : pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.
Lambung terdiri atas:
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”.
Intestinum:
terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.
Sistem Pencernaan burung
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan.
Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.
Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.
Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung mem-punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.
SISTEM PERNAFASAN
Unggas dalam hal ini mengambil contoh pada burung, burung mempunyai alat pernafasan (pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus.
Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus.
Paru-paru burung memiliki kurang/lebih 10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan daerah leher.
Alat pernapasan yang terdiri atas:
Lubang hidung
Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang trakea.
Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam.
Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar.
Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringialis.
Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru.
Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens.
Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang.
Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara. Pernapasan burung dilakukan dengan dua macam, yaitu pada terbang dan tidak terbang. Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang.
Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena tulang- tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru.
Semakin tinggi terbang, burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.
Untuk mempelajari peredaran darah pada aves, kita ambil contoh peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh- pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.
Pembuluh-pebmuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri yang memberi darah kebagian kepala, otot terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta yang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju kekanan (arkus aortikus yang menuju kekiri mereduksi).
Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan membelok kearah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung). Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:
Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung.
Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
SISTEM EKSKRESI
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini membentuk lengkung henle kecil.
Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.
SISTEM SARAF
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan menyusui. Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum belakang. Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.
Selain otak kecil maka otak besar pada burung juga bisa tumbuh dengan baik. Otak besar burung berbeda dengan otak besar pada manusia. Permukaan otak besar pada burung tidak berlipat-lipat,sehingga jumlah neuron padda burung berkembang dengan membentuk dua gelembung.Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatanya.
Otak kecil pada burung mempunyai lipatan-lipatan yang memperluas permukaan sehingga dapat menampung sejumlah neuron yang cukup banyak.Perkembangan Otak kecil ini berguna bagi pengaturan keseimbangan burung di waktu terbang.
Pada retina mata burung ada dua macam sel indra penerima rangsang cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang peka terhadap rangsang cahaya lemah sedangkan sel kerucut peka terhadap cahaya yang kuat. Burung malam memiliki retina yang banyak mengandung sel batang. Burung siang memiliki banyak sel kerucut. Lensa mata pada burung mempunyai akomodasi yang baik.
SISTEM REPRODUKSI
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
a. Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere.
Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
b. Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter.
Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
d. Fungsi bagian-bagian telur aves :
Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
Kuning telur –> cadangan makanan embrio
Kalaza –> menjaga goncangan embrio
Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
Amnion –> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi embrio dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan mamalia sehingga ketiga kelas ini disebut “amniota”. Amnion telur tidak terdapat pada ikan dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut “anamniota”.
KLASIFIKASI AVES
Klasifikasi Ekologis (berdasarkan kebiasaan dan tempat hidupnya)
Burung yang hidup di tanah
(terrestrial), dengan ciri adaptasi kaki untuk berjalan Ordo : Strutioniformes
Terrestrial (hidup di daratan)
Pada kaki (belakang) hanya ada 2 jari
Contoh : Stenthio camelus
Burung Akuatik,
dengan ciri khas pada kaki yang berselaput, bulu berminyak dan bentuk paruh yang khas yang disesuaikan dengan jenis makanannya Ordo : Sphenisciformes
Tungkai muka berbentuk sirip yang berguna untuk berenang
Tidak dapat terbang
Bulu kecil menyerupai sisik menutupi seluruh tubuh
Tidak ada apteria, tidak ada remiges
Contoh : Aptenodytesforsteri
Burung yang banyak diburu,
umumnya berbulu indah atau daging dan telurnya enak dimakan Ordo : Passeriformes
Tiga jari kaki (belakang) menunjuk ke muka, satu jari menunjuk ke belakang , berguna untuk bertengger
Dengan bulu-bulu hias di bawah sayap
Contoh : Paradisea minor, burung cendrawasih Ordo : Columbiformes
Paruh pendek dan langsing pada pangkalnya
Ingluvies besar
Contoh : Columba livia, burung merpati
Burung Petengger (Arboreal)
Ordo : Passeriformes
Tiga jari kaki (belakang) menunjuk ke muka, satu jari menunjuk ke belakang; berguna untuk bertengger
Kebanyakan dapat berkicau dengan indah
Mereka yang memakan biji-bijian mempunyai paruh yang berbentuk conus
Mereka yang memakan insecta, mempunyai paruh yang runcing
Contoh : Mirafra javanica, branjangan
Burung Berkicau
Ordo : Charadriiformes
Di antara jari-jari kaki (belakang) kebanyakan ada selaput berenang Tungkai belakang agak panjang
Sayap kuat
Ada yang mempunyai tiga jari kaki (belakang)
Paruh panjang
Lidah tebal dan berbentuk silinder Contoh : Cacatua triton, kakatua
PERILAKU / KEBIASAAN
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.
Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling.
Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan.
Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina.
Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.
HABITAT AVES
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat.
Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh.
Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya. Contoh habitat dan spesiesnya
Hutan
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya.
Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul- bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang.
Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda – yang berarti ‘tak berkaki’.
Perkotaan/ pedesaan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly’s Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai.
Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya.
Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Wilayah kutub
Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies pinguin, tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja.
Terdapat tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
Padang rumput
Burung unta Burung Unta (Ostrich) bukan sembarang burung. Tinggi badannya dapat mencapai 2,5 meter dengan berat 180 kg. Selain besar. Burung Unta juga memiliki daya tahan yang luar biaya. Burung ini bisa bertahan hidup pada suhu di atas 40 derajat Celcius hingga suhu 0 derajat Celcius.
Umurnya juga terbilang panjang. bisa mencapai usia sekitar 50 tahun. Walau begitu, sekalipun Burung Unta sedemikian besar, pengeluaran untuk biaya makan Burung Unta hanya mencapai kira-kira USD75 setahun.
Kesulitan umum satu-satunya dalam memelihara Burung Unta adalah masalah kandang. Diperlukan lahan yang cukup luas, dan berpagar. Masalahnya, sekali seekor Burung Unta lari keluar dari pagar, anda perlu sebuah mobil untuk mengejar dan menangkapnya, karena Burung Unta dapat berlari hingga kecepatan 50 km/jam.
Pesisir pantai
Burung Camar Kecil atau nama sainsnya Sterna albifrons adalah burung laut dalam keluarga Camar Sternidae. Pada suatu masa, ia diletakkan dalam genus Sterna, yang kini dihadkan kepada burung camar putih besar (Bridge et al., 2005).
Dahulunya Amerika Utara (S. a. antillarum) dan Red Sea S. a. saundersi subspesies sekarang dianggap sebagai spesies berlainan, Least Tern (Sternula antillarum) dan Camar Saunders(Sternula saundersi).
Ia mempunyai bulu dikepala yang putih dengan sedikit tompok hitam di atas kepalanya. Di belakang dan di sayapnya bewarna kelabu pucat. Mempunyai tubuh sepanjang 10 inci. Ia sering menyusur sungai dan bertelur di tebing pasir.
Sarang burung Camar Kecil terletak di atas tanah dan mempunyai telur bewarna cokelat kehijauan serta berbintik-bintik besar bewarna cokelat dan ungu pucat, bersaiz sekitar 1.3 hingga 0.9 inci. Burung Camar Kecil membiak di persisiran dan muara kawasan serdahana dan tropika Europah dan Asia. Ia adalah burung berhijrah yang kuat, menghabiskan musim sejuk di lautan subtropika dan tropika sejauh Afrika Selatan dan Australia.
Burung Camar Kecil membiak secara berkelompok di atas anak batu atau pantai berbatu (shingle) atau pulau. Ia menghasilkan dua hinggaempat biji telur di atas tanah. Sebagaimana kesemua camar putih, ia akan mempertahankan sarang dan anaknya dan akan menyerang penceroboh. Sebagaimana kebanyakan camar putih lain, burung Camar Kecil mencari makan dengan menjunam menyelam bagi menangkap ikan, biasanya dalam laut masin.
Pemberian ikan oleh burung jantan kepada burung betina merupakan sebahagian paparan mengawan. Ia adalah camar yang kecil, sepanjang 21-25 cm dengan panjang sayap 41-47 cm. Ia tidak mungkin dikelirukan dengan spesies lain disebabkan saiz dan bulu dahi putih semasa musim mengawan.
Ia mempunyai paruh nipis yang tajam bewarna kuning dengan warna hitam di hujung dan kikinya juga bewarna kuning. Pada musim sejuk dahinya lebih putih, paruh hitam dan kaki bewarna lebih pucat. Mempunyai bunyi berkeriut yang kuat dan jelas.
Ciri-Ciri Aves (Burung)
Semua tubuhnya terbungkus oleh bulu
Hampir semua aves memiliki sayap
Tidak memiliki gigi, tapi memiliki paruh untuk makan.
aves adalah hewan berdarah panas
Tidak memiliki vesika urinaria. Zat-zat ekresi nya setengah padat.
Sudah memiliki 12 nervi cranualis
Pada suhu tubuhnya tetap (homoiothermis)
Fertilisasi terjadi di dalam sebuah tubuh. Telur memiliki yolk besar yang terbungkus oleh cangkang yang keras, untuk menetas diperlukan sebuah pengeraman.
Jantungnya yang terdiri dari 4 ruang yakni dua buah auricular dan 2 buah ventricula, hanya pada arcus anterioeus kanan yang masih ada, erytrocitnya berinti, berbentuk oval, dan conveks.
DAFTAR PUSTAKA
Hickman et al. 2001. Integrated Principles of Zoology, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/4/1-125.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2012, pukul 15.27 WIB.
Aryulina, Diah et al. 2004. Biologi 2. : Jakarta: Erlangga.
http://carapedia.com/sistem_ekskresi_hewan_info1994.html
http://aqizza.blogspot.com/2012/05/sistem-reproduksi-aves.html.
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Jenis Burung Berdasarkan Makanannya
1. Burung Pemakan Biji – Bijian
Jenis yang pertama adalah burung pemakan biji – bijian. Pada umunya sobat, burung pemakan biji – bijian ini memiliki paruh yang pendek, kuat, tebal, ujung paruh biasanya bengkok, paruh bagian atas pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan paruh bagian bawah ( namun pada sebagian burung bisa juga memiliki ukuran paruh burung yang sama ) serta berbentuk kerucut. Pada umumnya paruh dengan bentuk seperti ini digunaan untuk mematuk dan juga mengupas kulit biji , dan juga menghancurkan biji – bijian.
2. Burung Pemakan Serangga
Jenis yang kedua adalah burung pemakan serangga. Pada umunya bentuk paruh burung pemakan serangga ini adalah berbentuk seperti silinder, ramping dan pendek sesuai dengan fungsinya yakni untuk menangkap serangga. Lain hal nya dengan burung pemakan ulat, cacing dan juga hewan lunak yang lain, burung seperti ini mempunyai paruh panjang yang cukup peka. Apabila mangsanya masih hidup, maka akan dibanting – banting ke tanah sampai mati dengan menggunakan paruhnya, baru setelah itu akan ditelan olehnya.
3. Burung Pemakan Daging
Jenis yang ketiga adalah burung pemakan daging. Adapun yang termasuk kedalam burung pemkana daging adalah seperti elang. Pada umunya ia akan mencari ular atau tikus sawah untuk dimangsanya. Burung ini memiliki jenis paruh yang panjang dan kuat agar bisa memangsa makanananya sendiri. Jenis burung pemakan hewan ini merupakan jenis burung yang paling kuat dan paling besar, olah karena itulah burung yang satu ini juga memiliki paruh burung yang lebih panjang dan kuat .
4. Burung Pemakan Segalanya
Jenis yang keempat adalah burung pemakan segalanya. Burung yang satu ini memiliki paruh yang bengkok dengan paruh dibagian bawahnya melengkung ke atas, dan paruh bagian atas melengkung kebawah. Conth burung yang satu ini adalah seperti burung kakatua.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang.
Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang kelas aves.
Karakteristik Burung
Yang paling luar biasa dari karakteristik burung adalah bulu. Bulu adalah sifat diagnostik burung. Tidak ada binatang hidup lainnya memiliki bulu. Kontur dan kekuatan bulu memungkinkan penerbangan burung. Pada saat yang sama mereka ringan dan memberikan insulasi yang sangat baik dan perlindungan fisik pada tubuh burung.
Bulu warna memberikan baik penyembunyian dan sarana berkomunikasi dengan saingan dan pasangan. Bulu yang penuh semangat murah untuk memproduksi, dan burung dapat tumbuh setidaknya mantel bulu baru parsial setiap tahun. Burung sangat terampil, selebaran yang kuat. Terbang, bagaimanapun, merupakan kegiatan penuh semangat mahal, dan hampir tidak ada aspek anatomi burung yang belum dipengaruhi oleh tuntutan penerbangan.
Dalam kepentingan penurunan berat badan, beberapa tulang burung telah menyatu atau mengurangi ukuran, dan banyak tulang dalam tubuh burung yang berlubang dan penuh dengan udara (pneumatized).
Burung memiliki paruh ringan daripada rahang penuh dengan gigi yang berat, dan beberapa organ internal mengurangi ukuran atau tidak. Stabilitas dalam penerbangan meningkat dengan rencana tubuh secara keseluruhan burung, yang menempatkan massa terbesar di daerah terpusat antara sayap, menyediakan pusat kompak gravitasi.
Untuk memberikan kekuatan untuk terbang, burung memiliki sangat efisien peredaran darah dan pernapasan sistem, yang terakhir termasuk sistem kantung udara yang membantu dengan termoregulasi dan daya apung serta menawarkan perlindungan untuk organ internal. Kontrol dan penyesuaian yang cepat selama penerbangan dibantu oleh sistem burung canggih saraf pusat dan ketajaman visual yang luar biasa.
Evolusi Dan Morfologi Aves
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari manusia.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu- bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain.
Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
Jenis Burung Berdasarkan Bentuk Kakinya
Berikut ini jenis-jenis kaki burung beserta fungsinya :
1. Jenis Burung Perenang = Jenis Kaki Berselaput
Jenis unggas atau burung yang mempunyai kai berselaput. Jenis kaki berselaput ini berfungsi untuk berenang di air. Contoh burung yang empunyai kaki berselaput adalah bebek, itik dan burung pelikan.
Kaki Ayam
2. Jenis Burung Pejalan Kaki = Jenis Kaki Berupa Tiga Jari Ke depan dan Satu Ke Belakang
Jenis burung yang mempunyai bentuk kaki berupa tiga jari ke depan dan satu jari ke belakang adalah ayam dan burung unta. Kaki ini berfungsi untuk berjalan atau berlari di atas tanah, serta berfungsi untuk menggaruk-garuk dan mengais makanan yang ada di tanah.
Kaki Burung Elang
3. Jenis Burung Pemakan Daging = Jenis Kaki berkuku Tajam, Melengkung dan Runcing
Jenis-jenis burung yang merupakan karnivora atau pemakan daging memiliki jenis kaki yang berkuku tajam, melengkung dan runcing. Contoh burung yang memiliki jenis kaki seperti adalah elang dan rajawali. Jenis kaki berkuku tajam dan melengkung ini berfungsi untuk mencengkeram mangsa. Kakinya juga merupakan kaki yang kuat untuk bisa digunakan untuk berburu dam membawa mangsanya terbang ke atas.
Kaki Burung Pelatuk
4. Jenis Burung Pemanjat = Jenis Kaki dengan Dua Jari Ke belakang dan Dua Jari ke Depan
Diantara burung pemanjat adalah burung pelatuk. Bentuk dua jari ke belakang dan ke depan berfungsi untuk memudahkan burung pelatuk untuk memanjat pohon. Hal itu karena makanan burung pelatuk adalah serangga, serangga ini banyak yang berada di batang-batang dan lubang-lubang pohon.
Kaki Burung Pipit
5. Jenis Kaki Panjang Dan Datar
Burung yang mempunyai jenis kaki panjang dan datar diantaranya adalah burung Pipit, Burung kenari dan kutilang. Jenis kaki ini berfungsi untuk memudahkan berdiri atau bertengger di atas ranting-ranting pohon.
Sruktur Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik.
Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
Plumae, Bulu yang sempurna.
Barbae
Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Vexillum,yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
Tectrices, bulu yang menutupi badan.
Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid.
Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu.
Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003).
Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya.
Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.
Jenis Burung Berdasarkan Habitatnya
Berdasarkan habitatnya, jenis burung dibagi sebagai berikut.
Hutan
Burung hutan adalah burung-burung yang tempat hidupnya di dalam hutan. Dalam mencari pakan dan berkembang biak, burung hutan sangat tergantung dengan kondisi hutan. Umumnya, burung-burung hutan termasuk burung-burung yang memiliki suara bagus. Contoh burung yang termasuk dalam jenis burung hutan yaitu cucakrawa (Pycnonotus zeylanicus), murai batu (Copsychus malabaricus), dan poksay kuda (Garrulax rufifrons).
Savana
Burung savana adalah burung-burung yang hidup dan mencari makan pada habitat padang rumput savana dan sekitarnya. Contohnya yaitu cica koreng (Cisticola juncidis), Cisticola exilis, Megalurus palustris, merak (Pavo muticus), dan aneka jenis pipit (Lonchura spp.).
Danau
Burung danau adalah burung-burung yang hidup dan mencari pakan di habitat danau atau kolam-kolam yang besar, di antaranya burungburung yang secara spesifik dapat berenang di per airan danau. Burung jenis ini umumnya mencari makan berupa tanaman alga, ikan-ikan kecil dan sejenisnya. Contohnya yaitu burung belibis (Dendrocygna arquata), itik-itikan (Anas superciliosa), dan titihan (Tachybaptus ruficolis).
Sungai
Burung sungai adalah burung-burung yang secara spesifik hidup dan berkembang biak di sekitar sungai. Beberapa jenis di antaranya cekakak (Halcyon chloris) dan meninting (Alcedo meninting). Kedua spesies burung tersebut ketika musim berkembang biak biasanya membuat sarang di tepi sungai. Burung-burung sungai yang menetap di hutan pun spesifik jenisnya. Beberapa spesies yang sering dijumpai yaitu menintin kecil (Enicurus velatus), menintin besar (Enicurus leschenaulti), dan Motacilla cinerea. Ketiga spesies burung tersebut umumnya menempati pada habitat sungai yang airnya tidak dalam, tidak deras atau dangkal, dan banyak terdapat bebatuan.
Gua
Burung-burung di habitat gua memiliki sifat y ang sangat spesifik. Hal ini disebabkan kondisi gua yang gelap dan tidak mudah dijumpai di sembarang tempat. Spesies burung yang menempati habitat gua di antaranya kelompok walet dari suku Apodidae, yaitu Collocalia fuchiphaga, yang menempati gua bagian paling gelap atau bagian dalam. Pada bagian luar gua, terutama tebing biasanya dihuni oleh kelompok Myophonus glaucinus dan Myophonus caeruleus sebagai tempat bersarangnya.
Pantai
Burung-burung yang menetap di pantai juga memiliki sifat khas. Hal ini karena daerah pantai biasanya berlumpur dan dekat dengan laut. Pada daratan pantai, umumnya dihuni oleh kelompok burung wader, yang di Indonesia tercatat berjumlah 84 spesies. Contohnya wilwau (Myctirea cinerea) yang berkaki panjang dan berparuh tebal memanjang dengan ujung meruncing. Kondisi tersebut disesuaikan karena M. cinerea merupakan pemakan ikan. Pada daratan pantai yang biasanya ditumbuhi dengan tumbuhan pantai dan mangrove, dihuni oleh kelompok burung-burung merandai seperti pecuk (Phalacrocorax sulcirostris), cangak abu (Ardea purpurea) dan cangak merah (Ardea cinerea).
Aransemen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus.
Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke tubuh.
Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).
Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage.
Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
Juvenalplumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter plumage.
First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin.
Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
Fungsi Bulu
Dapat mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.
Sementara, saat cuaca panas, burung mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu mereka.
Penutup tubuh.
Bulu di bagian bawah dan bulu yang terletak di sepanjang sayap dan ekor memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk mengemudi dan mengerem.
Untuk memperindah tubuh.
Plumae berfungsi agar dapat terbang.
Plamulae berfungsi Sebagai isolator.
Filoplumae Berfungsi sebagai sensor.
Mengangkat tubuh burung di udara.
Menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya.
Untuk melindungi kulit dari serangga.
Untuk menghangatkan telur pada saat mengerami.
Struktur Hewan Aves
SISTEM RANGKA
a) Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang. Adaptasi tulang
burung adalah sebagai berikut :
Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan mamalia.
Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas, berguna sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas.
Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang.
Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang.
Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang.
Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.
b) Fungsi rangka
Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
Tulang hasta lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
Tulang pengumpil lengan. : Tulang sayap yang menghubungkan
Korakoid : Penghubung tulang dada.
Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
Pelvis : Penghubung tulang ekor.
Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
Tulang paha : Untuk persendian.
SISTEM PENCERNAAN
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Paruh : merupakan modifikasi dari gigi, yang berfungsi untuk mengambil makanan
Rongga mulut : terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut danTanduk.
Faring : berupa saluran pendek.
Esofagus : pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat.
Lambung terdiri atas:
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”.
Intestinum:
terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.
Sistem Pencernaan burung
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan.
Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.
Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.
Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung mem-punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.
SISTEM PERNAFASAN
Unggas dalam hal ini mengambil contoh pada burung, burung mempunyai alat pernafasan (pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus.
Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus.
Paru-paru burung memiliki kurang/lebih 10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan daerah leher.
Alat pernapasan yang terdiri atas:
Lubang hidung
Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang trakea.
Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam.
Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar.
Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringialis.
Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru.
Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens.
Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang.
Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara. Pernapasan burung dilakukan dengan dua macam, yaitu pada terbang dan tidak terbang. Pada waktu tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak kemuka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang.
Mengembangnya paru-paru menyebabkan udara luar masuk (inspirasi). Sebaliknya dengan mengecilnya rongga dada, paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantung udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi maupun ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien dari pada paru-paru mamalia.
Pada waktu terbang, gerakan aktif dari rongga dada tak dapat berlangsung karena tulang- tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal pelekatan yang kuat untuk otot-otot terbang. Akibatnya, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung udara diketiak, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan sayap ke atas dan ke bawah. Gerakkan ini dapat menekan dan melonggarkan kantong udara tersebut sehingga terjadilah pertukaran udara didalam paru-paru.
Semakin tinggi terbang, burung harus semakin cepat menggerakkan sayap untuk memperoleh semakin banyak oksigen. Frekuensi bernapas burung kurang lebih 25 kali permenit, sedangkan pada manusia hanya 15-20 kali permenit.
Untuk mempelajari peredaran darah pada aves, kita ambil contoh peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh- pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.
Pembuluh-pebmuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri yang memberi darah kebagian kepala, otot terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta yang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju kekanan (arkus aortikus yang menuju kekiri mereduksi).
Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan membelok kearah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung). Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:
Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung.
Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
SISTEM EKSKRESI
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini membentuk lengkung henle kecil.
Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.
SISTEM SARAF
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan menyusui. Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum belakang. Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.
Selain otak kecil maka otak besar pada burung juga bisa tumbuh dengan baik. Otak besar burung berbeda dengan otak besar pada manusia. Permukaan otak besar pada burung tidak berlipat-lipat,sehingga jumlah neuron padda burung berkembang dengan membentuk dua gelembung.Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatanya.
Otak kecil pada burung mempunyai lipatan-lipatan yang memperluas permukaan sehingga dapat menampung sejumlah neuron yang cukup banyak.Perkembangan Otak kecil ini berguna bagi pengaturan keseimbangan burung di waktu terbang.
Pada retina mata burung ada dua macam sel indra penerima rangsang cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang peka terhadap rangsang cahaya lemah sedangkan sel kerucut peka terhadap cahaya yang kuat. Burung malam memiliki retina yang banyak mengandung sel batang. Burung siang memiliki banyak sel kerucut. Lensa mata pada burung mempunyai akomodasi yang baik.
SISTEM REPRODUKSI
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
a. Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere.
Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
b. Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
c. Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter.
Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
d. Fungsi bagian-bagian telur aves :
Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
Kuning telur –> cadangan makanan embrio
Kalaza –> menjaga goncangan embrio
Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
Amnion –> Amnion adalah semacam membran/selaput yang melindungi embrio dalam telur. Yang memiliki amnion telur adalah reptilia, unggas, dan mamalia sehingga ketiga kelas ini disebut “amniota”. Amnion telur tidak terdapat pada ikan dan amphibia, sehingga dua kelas ini disebut “anamniota”.
KLASIFIKASI AVES
Klasifikasi Ekologis (berdasarkan kebiasaan dan tempat hidupnya)
Burung yang hidup di tanah
(terrestrial), dengan ciri adaptasi kaki untuk berjalan Ordo : Strutioniformes
Terrestrial (hidup di daratan)
Pada kaki (belakang) hanya ada 2 jari
Contoh : Stenthio camelus
Burung Akuatik,
dengan ciri khas pada kaki yang berselaput, bulu berminyak dan bentuk paruh yang khas yang disesuaikan dengan jenis makanannya Ordo : Sphenisciformes
Tungkai muka berbentuk sirip yang berguna untuk berenang
Tidak dapat terbang
Bulu kecil menyerupai sisik menutupi seluruh tubuh
Tidak ada apteria, tidak ada remiges
Contoh : Aptenodytesforsteri
Burung yang banyak diburu,
umumnya berbulu indah atau daging dan telurnya enak dimakan Ordo : Passeriformes
Tiga jari kaki (belakang) menunjuk ke muka, satu jari menunjuk ke belakang , berguna untuk bertengger
Dengan bulu-bulu hias di bawah sayap
Contoh : Paradisea minor, burung cendrawasih Ordo : Columbiformes
Paruh pendek dan langsing pada pangkalnya
Ingluvies besar
Contoh : Columba livia, burung merpati
Burung Petengger (Arboreal)
Ordo : Passeriformes
Tiga jari kaki (belakang) menunjuk ke muka, satu jari menunjuk ke belakang; berguna untuk bertengger
Kebanyakan dapat berkicau dengan indah
Mereka yang memakan biji-bijian mempunyai paruh yang berbentuk conus
Mereka yang memakan insecta, mempunyai paruh yang runcing
Contoh : Mirafra javanica, branjangan
Burung Berkicau
Ordo : Charadriiformes
Di antara jari-jari kaki (belakang) kebanyakan ada selaput berenang Tungkai belakang agak panjang
Sayap kuat
Ada yang mempunyai tiga jari kaki (belakang)
Paruh panjang
Lidah tebal dan berbentuk silinder Contoh : Cacatua triton, kakatua
PERILAKU / KEBIASAAN
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.
Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling.
Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan.
Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina.
Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.
HABITAT AVES
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat.
Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh.
Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya. Contoh habitat dan spesiesnya
Hutan
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya.
Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul- bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang.
Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda – yang berarti ‘tak berkaki’.
Perkotaan/ pedesaan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly’s Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai.
Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya.
Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Wilayah kutub
Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies pinguin, tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja.
Terdapat tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
Padang rumput
Burung unta Burung Unta (Ostrich) bukan sembarang burung. Tinggi badannya dapat mencapai 2,5 meter dengan berat 180 kg. Selain besar. Burung Unta juga memiliki daya tahan yang luar biaya. Burung ini bisa bertahan hidup pada suhu di atas 40 derajat Celcius hingga suhu 0 derajat Celcius.
Umurnya juga terbilang panjang. bisa mencapai usia sekitar 50 tahun. Walau begitu, sekalipun Burung Unta sedemikian besar, pengeluaran untuk biaya makan Burung Unta hanya mencapai kira-kira USD75 setahun.
Kesulitan umum satu-satunya dalam memelihara Burung Unta adalah masalah kandang. Diperlukan lahan yang cukup luas, dan berpagar. Masalahnya, sekali seekor Burung Unta lari keluar dari pagar, anda perlu sebuah mobil untuk mengejar dan menangkapnya, karena Burung Unta dapat berlari hingga kecepatan 50 km/jam.
Pesisir pantai
Burung Camar Kecil atau nama sainsnya Sterna albifrons adalah burung laut dalam keluarga Camar Sternidae. Pada suatu masa, ia diletakkan dalam genus Sterna, yang kini dihadkan kepada burung camar putih besar (Bridge et al., 2005).
Dahulunya Amerika Utara (S. a. antillarum) dan Red Sea S. a. saundersi subspesies sekarang dianggap sebagai spesies berlainan, Least Tern (Sternula antillarum) dan Camar Saunders(Sternula saundersi).
Ia mempunyai bulu dikepala yang putih dengan sedikit tompok hitam di atas kepalanya. Di belakang dan di sayapnya bewarna kelabu pucat. Mempunyai tubuh sepanjang 10 inci. Ia sering menyusur sungai dan bertelur di tebing pasir.
Sarang burung Camar Kecil terletak di atas tanah dan mempunyai telur bewarna cokelat kehijauan serta berbintik-bintik besar bewarna cokelat dan ungu pucat, bersaiz sekitar 1.3 hingga 0.9 inci. Burung Camar Kecil membiak di persisiran dan muara kawasan serdahana dan tropika Europah dan Asia. Ia adalah burung berhijrah yang kuat, menghabiskan musim sejuk di lautan subtropika dan tropika sejauh Afrika Selatan dan Australia.
Burung Camar Kecil membiak secara berkelompok di atas anak batu atau pantai berbatu (shingle) atau pulau. Ia menghasilkan dua hinggaempat biji telur di atas tanah. Sebagaimana kesemua camar putih, ia akan mempertahankan sarang dan anaknya dan akan menyerang penceroboh. Sebagaimana kebanyakan camar putih lain, burung Camar Kecil mencari makan dengan menjunam menyelam bagi menangkap ikan, biasanya dalam laut masin.
Pemberian ikan oleh burung jantan kepada burung betina merupakan sebahagian paparan mengawan. Ia adalah camar yang kecil, sepanjang 21-25 cm dengan panjang sayap 41-47 cm. Ia tidak mungkin dikelirukan dengan spesies lain disebabkan saiz dan bulu dahi putih semasa musim mengawan.
Ia mempunyai paruh nipis yang tajam bewarna kuning dengan warna hitam di hujung dan kikinya juga bewarna kuning. Pada musim sejuk dahinya lebih putih, paruh hitam dan kaki bewarna lebih pucat. Mempunyai bunyi berkeriut yang kuat dan jelas.
Ciri-Ciri Aves (Burung)
Semua tubuhnya terbungkus oleh bulu
Hampir semua aves memiliki sayap
Tidak memiliki gigi, tapi memiliki paruh untuk makan.
aves adalah hewan berdarah panas
Tidak memiliki vesika urinaria. Zat-zat ekresi nya setengah padat.
Sudah memiliki 12 nervi cranualis
Pada suhu tubuhnya tetap (homoiothermis)
Fertilisasi terjadi di dalam sebuah tubuh. Telur memiliki yolk besar yang terbungkus oleh cangkang yang keras, untuk menetas diperlukan sebuah pengeraman.
Jantungnya yang terdiri dari 4 ruang yakni dua buah auricular dan 2 buah ventricula, hanya pada arcus anterioeus kanan yang masih ada, erytrocitnya berinti, berbentuk oval, dan conveks.
DAFTAR PUSTAKA
Hickman et al. 2001. Integrated Principles of Zoology, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/4/1-125.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2012, pukul 15.27 WIB.
Aryulina, Diah et al. 2004. Biologi 2. : Jakarta: Erlangga.
http://carapedia.com/sistem_ekskresi_hewan_info1994.html
http://aqizza.blogspot.com/2012/05/sistem-reproduksi-aves.html.