Jenis-jenis Sapi Potong Tropis dan Subtropis, Ini Ciri-cirinya!

  • Beberapa bangsa sapi potong subtropis yang sudah dikenal sebagai bibit sapi potong di kalangan masyarakat peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Shorthorn 2) Sapi Hereford 3) Sapi Charolais 4) Sapi Aberdeen Angus 5) Sapi Simmental 6) Sapi Limousin
  • Bangsa sapi potong tropis yang dikenal sebagai bibit sapi potong di masyarakat peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Bali 2) Sapi Madura 3) Sapi Aceh 4) Sapi Ongole 5) sapi Peranakan Ongole 6) Sapi Brahman.
Bangsa-bangsa sapi di dunia ini bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar berdasarkan daerah asal dan persebarannya, yaitu Bangsa Sapi Potong Tropis dan Sub Tropis. Sapi apa saja yang termasuk dalam bangsa sapi potong tropis dan jenis sapi apa saja yang masuk bangsa sapi potong sub tropis? Berikut ini uraian selengkapnya mengenai bangsa-bangsa sapi didunia.
Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan Lembu. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia.
Jenis dan Ciri-ciri Sapi Potong Yang Termasuk Bangsa Sapi Potong Tropis

Bangsa sapi potong tropis adalah bangsa sapi potong yang berasal dari belahan dunia beriklim tropis. Bos indicus (sapi bangsa Zebu) merupakan bangsa sapi potong berponok dari daerah tropis di Asia yang kita kenal sekarang ini. Bangsa sapi potong tropis merupakan salah satu bangsa yang menjadi bibit sapi potong. Bibit ternak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan sapi potong, selain faktor pakan, perkandangan, penyakit, limbah dan penanganan panen. (Sudarmono dan Sugeng , 2008).

Ciri-ciri umum bangsa sapi potong tropis adalah sebagai berikut :
  • Umumnya berponok disebut juga istilah berkelasa, walaupun ada yang tidak berponok. 
  • Pada bagian ujung telinga meruncing, kepala panjang dengan dahi sempit.
  • Kulit longgar dan tipis (5-6 mm), Kelenjar keringat besar. 
  • Timbunan lemak rendah.
  • Garis punggung bagian tengah berbentuk cekung dan bagian tunggingnya miring. 6) Bahu pendek, halus dan rata. 
  • Kakinya panjang sehingga bergerak lincah.
  • Lambat dewasa, rata-rata berat maksimal 250-650 kg dapat dicapai pada umur 5 tahun.
  • Bentuk tubuh sempit dan kecil. 10) Ambing kecil. dan produksi susu rendah. 
  • Tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan.
  • Kadar air yang terkandung dalam kotoran rendah.
  • Toleran berbagai jenis pakan sederhana yang kandungan serat kasar tinggi.
  • Tahan terhadap gigitan nyamuk dan caplak.
Bangsa sapi potong tropis yang dikenal sebagai bibit sapi potong di masyarakat peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Bali 2) Sapi Madura 3) Sapi Aceh 4) Sapi Ongole 5) sapi Peranakan Ongole 6) Sapi Brahman.

1. Sapi Bali
Sapi Bali, menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994) adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari banteng (Bibos banteng) yang telah dijinakkan berabad-abad yang lalu. Sapi Bali mempunyai angka reproduksi yang tinggi, tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek dan lingkungan yang panas serta mempunyai % karkas dan kualitas daging bagus (Anonimus, 1985). Kelemahan sapi Bali adalah rentan terhadap penyakit jembrana dan MCF serta tingkat kematian pedet pra sapih yang mencapai 15 sampai 20 % (Anonimus, 1987).
Ciri fisik sapi bali : Warna bulu merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa ; 2) Ada warna pu-tih dengan batas yang jelas pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki bawah mulai tarsus dan carpus ; 3) Mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas pada bagian atas punggung (Hardjosubroto, 1994) 4) Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 %. 5) Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk

2. Sapi Madura
Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Karak-teristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba.
Sapi Madura adalah salah satu sapi asli Indonesia. Sapi Madura berasal dari pulau madura dan pulau-pulau di sekitarnya. Pulau Sapudi sangat dikenal sebagai tempat sapi Madura berkembang pesat. Sapi Madura merupakan persilangan Bos sondaicus dengan Bos indicus. Ciri-ciri punuk diperoleh dari Bos indicus sedangkan warna diwarisi dari Bos sondaicus. Namun penelitian Popescu dan Smith (1998) menunjukkan bahwa pola karyotipik sapi Madura menunjukkan adanya kemiripan dengan Bos taurus, kecuali pada kromosom Y-nya yang mirip dengan Bos indicus. Sehingga Popescu dan Smith menyimpulkan sapi Madura merupakan hasil perkawinan silang antara indukan Bos taurus atau Bos javanicus dengan pejantan Bos indicus.
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura : 1) Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata. 2). Paha belakang berwarna putih 3). Kaki depan berwarna merah muda. 3)Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm. 4)Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil. 5) Persentase karkas dari sapi madura ini dapat mencapai 48 %. Sedangkan Keunggulan Sapi Madura Secara Umum : 1) Mudah dipelihara. 2) Mudah berbiak dimana saja. 3) Tahan terhadap berbagai penyakit. 4) Tahan terhadap pakan kualitas rendah.

3.Sapi Aceh
Sapi Aceh adalah sapi potong turunan dari grading-up persilangan antara sapi Ongole dengan sapi lokal setempat. Bangsa sapi yang juga banyak ditemukan di Sumatera Utara selain di Aceh ini memiliki bobot badan dewasa yang dapat mencapai rata-rata 300 kg – 450 kg pada jantan dan 200 kg – 300 kg pada betina. Adapun ciri-ciri fisik sapi Aceh sbb : Berponok, bertanduk, bulu berwarna cokelat merah atau warna menjangan. Sapi Aceh merupakan salah satu bangsa sapi potong daerah tropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.

4. Sapi Ongole (Sumba Ongole)
Sapi Ongole sapi potong impor berasal dari India, dibudidayakan di Indonesia secara murni di pulau Sumba, sapi ini dikenal pula sebagai sapi Sumba Ongole. Pada perkembangannya selain di pulau Sumba, saat ini sapi Ongole telah tersebar di Sulawesi Utara, Kalimantan dan Jawa. Di pulau Jawa, sapi ini dikenal sebagai sapi Benggala. Bangsa sapi yang dikenal di Eropa sebagai sapi Zebu ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : Pertambahan Berat Badan (PBB) bisa mencapai 0,47 kg – 0,81 kg per hari, Berat Badan jantan dewasa rata-rata 550 kg – 600 kg dan betina 350 kg – 450 kg, Tahan terhadap panas dan parasit, Daya hidup pedet sangat baik, Daya produksi yang baik dalam kondisi jelek, dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak .
Ciri – ciri fisik sapi ongole adalah 1) Bulu berwarna variasi setelah berumur 1 tahun dari putih sampai putih kelabu dengan campuran kuning oranye kekelabuan, dimana pada leher, ponok dan kepala sapi jantan berwarna putih keabu-abuan serta lututnya berwarna hitam. 2) Anak sapi yang baru lahir sering berwarna cokelat, kepala berukuran panjang, telinga sedang agak menggantung. 3) Tanduk berukuran pendek pada jantan dan berukuran lebih panjang pada betina. 4) Ponok bulat dan besar. 5) Gelambir lebar dan menggantung serta berlipat-lipat mulai dari leher melalui perut sampai dengan ambing atau tali pusar. 6)Tinggi badan dapat mencapai 150 cm pada jantan dan 135 cm pada betina 7) Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr. 8) Adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin mata.

5. Sapi Peranakan Ongole (Sapi PO)
Sapi Peranakan Ongole atau sapi PO adalah sapi potong hasil grading up, sapi lokal setempat dengan sapi Ongole. Pada perkembangannya sapi ini banyak ditemukan di Grobogan, Wonogiri dan Gunung Kidul (Jawa Tengah), di Magetan, Nganjuk dan Bojonegoro (Jawa Timur), serta di Aceh dan Tapanuli Selatan. Bangsa sapi yang diyakini populasinya jauh lebih banyak dibandingkan dengan sapi lokal lain ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : – BB dewasa mencapai 584 kg – 600 kg, masa fattening 3 bulan – 5 bulan, PBB 0,8 kg – 1 kg, persentase karkas 45%, tahan terhadap panas dan parasit, mampu berproduksi dengan baik dalam kondisi jelek, daya hidup pedet sangat baik, dapat dimanfaatkan juga sebagai sapi pekerja dan jinak

6. Sapi Brahman
Sapi Brahman (sapi pedaging) impor, berasal dari India dan berkembang dengan sangat baik di Amerika Serikat, sehingga dikenal pula sebagai sapi American Brahman.Pada perkembangannya sapi Brahman telah tersebar di daerah tropis dan subtropis termasuk Australia dan Indonesia. Bangsa sapi yang termasuk sapi Zebu ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : masa fattening 3 bulan – 4 bulan, PBB bisa mencapai 0,83 kg – 1,5 kg per hari, bahkan ada juga yang menyebut dapat 1,5 kg – 2 kg per hari, BB jantan dewasa mencapai 800 kg dan betina 550 kg, persentase karkas 48,6% – 54,2%, tingkat fertilitas yang tinggi, mampu tumbuh sama baiknya di daerah tropis dan subtropis, mampu tumbuh cepat di daerah yang kurang subur dengan pakan yang sederhana, tahan terhadap panas dan parasit, bobot pascasapih dan daya hidup pedet yang baik
Ciri – ciri fisik sapi brahman sebagai berikut : tubuh berukuran besar dan panjang dengan kedalaman yang sedang, punggung lurus, kaki berukuran sedang sampai panjang, bulu berwarna abu-abu muda atau merah atau hitam, dimana pada jantan menunjukkan , warna yang lebih gelap daripada pada betina, kepala panjang, telinga menggantung, tanduk berukuran sedang, lebar dan besar, kulit longgar dan halus dengan ketebalan yang sedang, ponok berukuran besar pada jantan dan berukuran kecil pada betina, gelambir berukuran besar dan tumbuh hingga bawah perut dan tali pusar .

Jenis dan Ciri-ciri Sapi Potong Yang Termasuk Dalam Bangsa Sapi Potong Sub Tropis

Bangsa sapi potong subtropis (Bos taurus) adalah bangsa sapi potong yang berasal dari kawasan beriklim subtropis. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008), ciri-ciri umum bangsa sapi pedaging subtropis adalah sebagai berikut :
  • Tidak berponok (tidak berkelasa), Ujung telinga berbentuk tumpul/bulat.
  • Kepala pendek dengan dahi yang lebar, Kulit tebal (7-8 mm).
  • Timbunan lemak sapi dewasa cukup tebal, Garis punggung lurus & rata.
  • Tulang pinggang lebar & menonjol keluar, Rongga dada berkembang baik.
  • Bulu panjang dan kasar, Kaki pendek sehingga bergerak lambat. 
  • Cepat dewasa ditandai oleh pertumbuhan maksimal pada umur 4 tahun. 
  • Tidak tahan pada suhu tinggi, Relatif banyak minum, Kotorannya basah. 
  • Sapi dewasa tumbuh besar, dimana jantan dapat mencapai 900 kg.
Adapun beberapa bangsa sapi potong subtropis yang sudah dikenal sebagai bibit sapi potong di kalangan masyarakat peternakan Indonesia adalah : 1) Sapi Shorthorn 2) Sapi Hereford 3) Sapi Charolais 4) Sapi Aberdeen Angus 5) Sapi Simmental 6) Sapi Limousin

1.Sapi Shorthorn
Sapi Shorthorn adalah sapi potong impor yang berasal dari Inggris, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat sejak tahun 1873. Bangsa sapi yang termasuk sapi terberat di antara bangsa sapi yang berasal dari Inggris ini dapat mencapai bobot badan dewasa rata-rata 1.000 kg pada jantan dan 750 kg – 770 kg pada betina. Sapi Shorthorn merupakan salah satu bangsa sapi potong subtropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi potong.

Ciri-ciri fisik Sapi Shorthorn : 1)Tubuh besar dan kompak berbentuk segi empat atau bujur sangkar. 2)Badan rata pada sisinya. 3) Punggung berbentuk garis lurus sampai pangkal ekor. 4) Kepala pendek dan lebar 5) Tanduk pendek menjurus ke samping dan berujung melengkung ke depan. 6) Bulu berwarna merah muda atau merah tua atau kombinasi merah putih atau kombinasi merah kelabu

2.Sapi hereford
Sapi Hereford dikenal sebagai white face cattle adalah sapi potong impor yang berasal dari Inggris, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat sejak tahun 1840. Dalam perkembangannya, sapi Hereford banyak dikembangkan di Amerika Latin, Kanada, Australia, Selandia Baru dan Afrika Selatan. Bangsa sapi yang sangat baik jika digemukan dengan sistem pastur atau padang penggembalaan karena cara merumputnya yang baik ini memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : 1) Mutu daging sangat baik 2) Daya adaptasi tinggi terhadap suhu tinggi dan suhu rendah 3) Pakan sederhana 4) BB jantan dewasa rata-rata 850 kg dan 650 kg pada betina.
Ciri-ciri fisik Sapi Hereford : 1)Tubuh rendah, tegap dan berurat daging padat 2) Punggung lebar dan rata 3)Bulu berwarna merah, dimana pada bagian muka, dada, sisi badan, perut bawah, bahu, ekor dan keempat kaki dari batas lutut berwarna putih

3) Sapi Charolais
Sapi Charolais adalah sapi potong import yang berasal dari Perancis, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat. Bangsa sapi yang didatangkan ke Amerika Serikat terutama untuk disilangkan dengan sapi Brahman dan sapi lainnya ini memiliki bobot badan dewasa rata-rata 1.000 kg pada jantan dan 750 kg pada betina.
Ciri-ciri fisik sapi Charolais : 1) Tubuh berpostur besar, padat dan kasar 2) Bulu berwarna krem muda atau keputih-putihan. 3) Warna putih cream dengan pigmentasi kemerahan pada kulit, khususnya disekitar hidung, mata dan perut. 4) Sapi charolais umumnya bertanduk, tetapi ada pula yang tidak bertanduk. 5) Berat lahir maupun berat sapih tergolong berat, yaitu berat lahir dapat mencapai 45 kg dan berat sapih dapat mencapai 275 kg.6) Tergolong sapi yang berukuran besar, dengan berat badan yang dicapai 1200 kg untuk yang jantan dan mencapai 750 kg untuk yang betina.7) Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat dicapai 1,5-1,6 kg.8) Sifat-sifat yang disukai yaitu perdagingan yang sempurna khususnya bagian loin dan paha belakang, tulang-tulang kuat, memiliki kemampuan mengasuh anak, kecepatan pertumbuhan tinggi, persentase karkas tinggi serta mempunyai daya tahan yang baik terhadap panas dan dingin.
Bangsa sapi charolais ini di Indonesia dikembangkan di daerah kabupaten Banjarnegara dengan hasil silangnya (keturunannya) dapat memiliki ADG sebesar 0,71 kg/hari. Sapi Charolais merupakan salah satu bangsa sapi pedaging subtropis yang digunakan peternak Indonesia sebagai bibit sapi pedaging.

4. Sapi Aberdeen Angus
Di Indonesia sapi angus di perkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru di di beberapa tempat di Jawa Tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak. Sapi tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900 kg, sedangkan betina 700 kg. persentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam daging.
Sapi ini termasuk kedalam sapi potong dengan bentuk tubuh yang panjang dan kompak, karkasnya menghasilkan daging yang sangat baik mutunya dan terkenal terdapat marbling atau penyebaran lemak dalam daging. Sapi Aberdeen Angus adalah sapi potong impor yang berasal dari Skotlandia, namun berkembang dengan baik di Amerika Serikat sejak tahun 1873. Bangsa sapi potong ini didatangkan ke Indonesia sejak tahun 1973, memiliki keunggulan dan performa produksi sebagai berikut : 1)Pertumbuhan cepat dan serasi 2) Mampu tumbuh dengan pakan yang sederhana 3) Cepat mencapai dewasa kelamin (masak dini) 4) Karkas bermutu tinggi dengan persentase yang tinggi jika dipotong pada umur 2,5 tahun 5) Daging tebal dan empuk pada umur 18 bulan 6) bobot badan dewasa rata-rata 900 kg pada jantan dan 700 kg pada betina. Adapun ciri-ciri fisik yang menandakan sapi Aberdeen Angus ditunjukkan oleh hal-hal di bawah ini : 1) Tubuh rata, lebar dalam dan pendek berbentuk panjang dan kompak seperti balok. 2) Bulu panjang, keriting dan halus berwarna hitam, kadang-kadang ditemui warna putih pada bagian bawah di belakang pusar 3)Tidak bertanduk

5) Sapi Simmental
Sapi Simental dikembangkan Indonesia tahun 1985 melalui semen beku yang dikawinkan dengan sapi PO. Anak sapi yang berumur 2 bulan pertumbuhannya pesat sekali. Sapi berumur 23 bulan dapat mencapai bobot 800 kg dan pada umur 2,5 tahun mencapai 1.100 kg. Di Jawa sapi Simental dikawinkan dengan sapi Friesian Holstein, untuk mendapatkan sapi yang performasinya lebih baik. Perkawinannya dilakukan dengan cara IB, dimana semen yang di pilih sudah diketahui jenis kelaminnya. Anak simental yang dikehendaki adalah yang jantan, karena jika betina produksi susunya dan dagingnya kurang baik.
Bangsa sapi simental ini berasal dari negara switzerland dan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa, dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1) – Sapi simmental ini berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelap sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih. 2) Bentuk badan dari sapi simmental ini panjang, padat dan kompak. 3) Sapi ini terkenal karena memiliki kemampuan menyusui anaknya dengan baik serta pertumbuahan yang cepat dengan penimbunan lemak di bawah kulit rendah. 4) Tergolong sapi yang berukuran berat, baik pada saat kelahiran, penyapihan maupun saat mencapai dewasa.dengan pertumbuhan yang baik. 5) Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang betina sedang untuk sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg. 6) Bangsa sapi simmental ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Batang dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.

6) Sapi Limousin
Sapi Limousin dikembangkan di Prancis Tengah bagian selatan.sapi ini sebagai tenaga kerja dan sebagai sapi pedaging.Warna bulu merah coklat /coklat hitam,kecuali pada ambingnya. Pada jantan tanduknya mencuat keluar dan sedikit melengkung. Sapi ini termasuk sapi potong berkalitas baik, bentuk tubuhnya panjang dan tingkat pertumbuhannya tinggi. Sapi Limousin dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental. Secara genetik Sapi Limousin dari wilayah beriklim dingin, tipe besar, volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. Sapi jenis limousin ini merupakan salah satu yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya.

Jenis Sapi Potong Hasil Persilangan Dan Sudah Dikembangkan Secara Komersial

Australian Commercial Cross (ACC)
Sapi Australian Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi di Indonesia merupakan hasil persilang- an sapi-sapi di Australia yang tidak diketahui dengan jelas asal usul maupun proporsi darahnya. Dari beberapa informasi yang telah ditelusuri, diketahui bahwa sapi ACC berasal dari peternakan sapi di Australia Utara (Northern Territory).

Sapi ACC tersebut dapat berupa sapi Shorthorn Cross (SX), Brahman Cross maupun sapi hasil persilangan sapi-sapi Australia yang cenderung masih mempunyai darah Brahman (Ngadiyono, 1995). Meskipun demikian pengamatan terhadap sapi-sapi bakalan ACC yang diimpor ke Indonesia menunjukkan bahwa secara fenotipik, karakteristik fi sik sapi ACC lebih mirip sapi Hereford dan Shorthorn yakni tubuh lebih pendek dan padat, kepala besar, telinga kecil dan tidak menggantung, tidak mempunyai punuk dan gelambir, kulit berbulu disekitar kepala, pola warna bervariasi antara warna sapi Hereford dan Shorthorn (Hafi d, 1998).

Menurut Australian Meat and Livestock Corporation (1991), sapi ACC merupakan campuran dari Bos Indicus (sapi Brahman) dan Bos Taurus (Sapi British, Shorthorn dan Hereford), sehingga sapi ini mempunyai karakteristik menguntungkan dari kedua bangsa tersebut, yaitu mudah beradaptasi terhadap lingkungan sub optimal seperti Brahman dan mempunyai pertumbuhan yang cepat seperti sapi British. Hafi d dan Hasnudi (1998) telah membuktikan bahwa sapi bakalan ACC yang kurus jika digemukkan singkat (60 hari) akan sangat menguntungkan sebab sapi ini menghasilkan pertambahan bobot badan harian ±1.61 kg/hari dengan konversi pakan 8.22 dibandingkan jika digemukkan lebih lama (90 atau 120 hari).

Beattie (1990), menyatakan bahwa Northern Territory, Kimberley dan Quensland merupakan tempat pengembang an sapi ACC di Australia yang memiliki sapisapi Eropa antara lain Shorthorn dan Hereford serta sapi India (Zebu) yaitu sapi Brahman. Program ini telah menghasilkan beberapa bangsa hasil persilangan seperti Santa Gertrudis, Braford, Droughmaster dan sapi-sapi persilangan lain yang masih mempunyai darah Brahman.

Sapi Shorthorn berasal dari Inggris dan merupakan tipe daging dengan bobot jantan dan betina dewasa masingmasing mencapai sekitar 1.000 kg dan 750 kg (Pane, 1986). Sifat yang menonjol yaitu temperamen yang baik dan pertumbuhan yang cepat pada pemeliharaan secara feedlot (Blakely dan Bade, 1992).

Sapi Shorthorn dimasukkan ke Australia pada abad ke 19. Kemudian di CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton disilangkan dengan sapi Hereford dan menghasilkan sapi Hereford Shorthorn (HS) dengan proporsi darah 50% Hereford dan 50% Shorthorn (Turner, 1977; Vercoe dan Frisch, 1980).

Sapi Brahman Cross
Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Sapi ini mempunyai keistimewaan karena tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak, mampu beradaptasi terhadap makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi.

Menurut Turner (1977) sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalah sapi American Brahman, Hereford dan Shorthorn. Sapi BX mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara fi sik bentuk fenotif sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan pola warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya.

Sapi Brahman Cross (BX) memiliki sifat-sifat seperti: persentase kelahiran 81.2%, (2) rataan bobot lahir 28.4 kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg, (3) angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5.2%, mortalitas sebelum disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1.2% dan mortalitas dewasa sebesar 0.6%, (4) daya tahan terhadap panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah dengan pengeluaran panas yang efektif, (5) ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta (6) efi siensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shorthorn (Turner, 1977).

Menurut Winks et al. (1979), jantan kebiri sapi BX di daerah tropik Quensland secara normal performansnya di bawah bangsa sapi eropa. Pada lingkungan beriklim sedang, steer sapi Hereford lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan sapi BX. Lebih lanjut dijelaskan, pada bobot hidup fi nishing yang sama produksi karkas sapi BX lebih berat dibandingkan sapi Frisian karena memiliki persentase karkas (dressing percentage) yang lebih tinggi. Bobot karkas sapi Shorthorn terletak antara sapi Brahman dan Hereford. Persentase karkas sapi Hereford lebih rendah dibandingkan sapi BX dan lebih tinggi dibandingkan sapi Frisian. Karkas sapi Frisian memiliki persentase tulang lebih tinggi dibanding kan sapi Shorthorn dan BX. kadar lemak bervariasi mulai dari 4.2% sampai 11.2%, terendah pada sapi Frisian dan tertinggi pada Shorthorn.

Di Indonesia, sapi BX diimpor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Hasil pengamatan di ladang ternak Sulawesi Selatan memperlihatkan:
• persentase beranak 40.91%,
• calf crop 42.54%,
• mortalitas pedet 5.93%,
• mortalitas induk 2.92%,
• bobot sapih umur 8-9 bulan 141.5 kg (jantan) dan 138.3 kg (betina),
• pertambahan bobot badan se-belum disapih sebesar 0.38 kg/hari (Hardjosubroto, 1984; Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 1986).

Sebagian besar sapi di Australia merupakan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yang di impor dari Amerika. Persilangan antara kedua bangsa sapi ini dengan sapi Zebu menghasilkan bangsa sapi yang sama dengan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis yakni Brangus dan Braford. Persilangan lebih lanjut menghasilkan sapi Droughtmaster yang merupakan hasil persilangan dengan komposisi darah 3/8-5/8 darah Zebu utamanya American Brahman yang di impor dari Texas (Payne, 1970). Sementara sapi Brangus mempunyai komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman (Minish dan Fox, 1979).


Daftar Pustaka
A.S. Sudarmono dan Y. Bambang Sugeng, 2008, Sapi Potong +Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan, Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sori Basya Siregar, 2008, Penggemukan Sapi, Penerbar Swadaya, Jakarta.
Mohamad Agus Setiadi, dkk (Tim Penulis Agriflo). 2012. Sapi dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Penebar Swadaya. Jakarta
Santoso Udang. 20011. Mengelola Peternakan sapi secara profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. Cetakan IV.
Santoso Kholid, Warsito dan Andoko, A. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Cetakan I.
Yulianto P, dan Saparianto C,.2011. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Cetakan II

Sumber:http://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id dan sumber lainnya


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Tentang Ternak dan Burung Updated at: 7:11 AM
Powered by Blogger.