Mungkin selama ini banyak orang awam yang hanya mengenal burung-burung laut saja yang mengandalkan ikan sebagai pakan utamanya. Anda tentu mengenal burung pinguin, burung pemakan ikan yang tidak bisa terbang tetapi sangat mahir berenang.
Ada salah satu jenis burung pemakan ikan yang memiliki keindahan pada warnanya dan juga mahir menangkap ikan dengan mengandalkan kecepatannya. Inilah burung pemakan ikan yang dikenal dengan nama Raja Udang atau Burung Tengkek Udang.
Burung Raja Udang, Burung Pemakan Ikan Yang Lincah Dengan Warna Bulu Yang Indah
Burung Raja Udang punya warna bulu biru kehijauan yang menjadikan burung ini tampak sangat mempesona. Apabila burung Tengkek Udang ini keadaan menukik pada aliran air maka akan tampak bayangan biru kehijauan dari bulunya.
Burung Tengkek Udang ini termasuk burung pemburu yang cerdik. Hal ini disebabkan dari tempatnya bertengger, burung Tengkek Raja Udang bisa sabar dalam menunggu makanannya. Hal ini terbukti jika burung ini sangat lincah.
Kemudian menukik ke dalam air untuk menyambar ikan itu. Burung Tengkek Udang ini ibaratnya seperti anak panah. Sangat cermat dalam menangkap mangsa dengan begitu tepat. Burung ini biasa hinggap di dahan pohon dengan ketinggian 1-2 meter dari permukaan air, untuk mengawasi mangsanya. Raja udang memiliki penglihatan yang tajam dengan filter polarisasi, untuk memotong refleksi air, sehingga lebih baik dalam melihat mangsanya. Begitu waktunya tepat, dan dengan perhitungan cermat, ia akan menukik untuk menciduk mangsanya dari dalam air. Sewaktu berada di dalam air, matanya akan tertutup membran. Utu berarti ia sama sekali tidak melihat mangsanya, dan hanya mengandalkan naluri dan perhitungan saja.
Setelah berhasil mendapatkan mangsanya, misalnya ikan, dia akan menggigit ekor ikan dan memukulkan badan dan kepala ikan ke batu atau dahan pohon agar mati. Dengan demikian, raja udang bisa memperkecil risiko tersedak akibat mengkonsumsi ikan yang hidup.
Setelah menyantap mangsanya, beberapa menit kemudian, bagian yang tidak dicerna oleh tubuhnya seperti tulang dan diri akan dimuntahkan kembali. Satu satu kebiasaan burung ini adalah berdandan usai makan. Ia akan mengolesi bulu-bulunya dengan minyak yang keluar dari tubuhnya, sehingga bulu-bulu bersifat anti-air, dan bisa mengurangi risiko tenggelam sewaktu berburu ikan di dalam air.
Raja udang termasuk burung penyendiri. Sifatnya sangat teritorial, karena setiap hari harus mengkonsumsi makanan dengan porsi 60% dari bobot badannya. Jika bobot badannya 50 gram, maka saban hari dia harus memperoleh makanan seberat 30 gram! Hal itulah yang membuat burung ini tidak cocok dipelihara dalam sangkar dan mudah mati.
Ada salah satu jenis burung pemakan ikan yang memiliki keindahan pada warnanya dan juga mahir menangkap ikan dengan mengandalkan kecepatannya. Inilah burung pemakan ikan yang dikenal dengan nama Raja Udang atau Burung Tengkek Udang.
Burung Raja Udang, Burung Pemakan Ikan Yang Lincah Dengan Warna Bulu Yang Indah
Burung Raja Udang punya warna bulu biru kehijauan yang menjadikan burung ini tampak sangat mempesona. Apabila burung Tengkek Udang ini keadaan menukik pada aliran air maka akan tampak bayangan biru kehijauan dari bulunya.
Tak hanya warnanya yang cantik, Tengkek Udang ini juga punya suara yang bagus untuk digpakai sebagai burung masteran.Raja-udang adalah nama umum bagi sejenis burung pemakan ikan dari suku Alcedinidae. Di seluruh dunia, terdapat kurang lebih 90 spesies burung raja-udang. Pusat keragamannya adalah di daerah tropis di Afrika, Asia dan Australasia. (Wikipedia)
Burung Tengkek Udang ini termasuk burung pemburu yang cerdik. Hal ini disebabkan dari tempatnya bertengger, burung Tengkek Raja Udang bisa sabar dalam menunggu makanannya. Hal ini terbukti jika burung ini sangat lincah.
Dari 45 spesies yang keluarga raja udang di Indonesia, beberapa jenis yang paling dikenal antara lainTak hanya itu saja, kelihaian Tengkek Udang ini juga dapat kita saksikan jika ada ikan yang muncul pada permukaan air. Maka dari itu, burung Raja Udang ini akan melesat menggunakan kecepatan yang tinggi.
Cekakak jawa banyak ditemukan di daerah pinggiran sungai di hutan-hutan yang ada di Jawa dan Sumatera. Bulunya berwarna biru terang, dengan campuran sedikit warna hitam pada bulu sayap dan kepala. Paruh berwarna kemerahan, membuat burung ini terlihat cantik.
- Raja-udang erasia (Alcedo atthis)
- Raja-udang punggung-merah (Ceyx rufidorsa)
- Pekaka emas (Pelargopsis capensis)
- Cekakak batu (Lacedo pulchella)
- Cekakak belukar (Halcyon smyrnensis)
- Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris)
- Cekakak sungai (Todirhamphus chloris)
- Cekakak suci (Todirhamphus sanctus)
- Cekakak-pita biasa (Tanysiptera galatea)
Kemudian menukik ke dalam air untuk menyambar ikan itu. Burung Tengkek Udang ini ibaratnya seperti anak panah. Sangat cermat dalam menangkap mangsa dengan begitu tepat. Burung ini biasa hinggap di dahan pohon dengan ketinggian 1-2 meter dari permukaan air, untuk mengawasi mangsanya. Raja udang memiliki penglihatan yang tajam dengan filter polarisasi, untuk memotong refleksi air, sehingga lebih baik dalam melihat mangsanya. Begitu waktunya tepat, dan dengan perhitungan cermat, ia akan menukik untuk menciduk mangsanya dari dalam air. Sewaktu berada di dalam air, matanya akan tertutup membran. Utu berarti ia sama sekali tidak melihat mangsanya, dan hanya mengandalkan naluri dan perhitungan saja.
Setelah berhasil mendapatkan mangsanya, misalnya ikan, dia akan menggigit ekor ikan dan memukulkan badan dan kepala ikan ke batu atau dahan pohon agar mati. Dengan demikian, raja udang bisa memperkecil risiko tersedak akibat mengkonsumsi ikan yang hidup.
Setelah menyantap mangsanya, beberapa menit kemudian, bagian yang tidak dicerna oleh tubuhnya seperti tulang dan diri akan dimuntahkan kembali. Satu satu kebiasaan burung ini adalah berdandan usai makan. Ia akan mengolesi bulu-bulunya dengan minyak yang keluar dari tubuhnya, sehingga bulu-bulu bersifat anti-air, dan bisa mengurangi risiko tenggelam sewaktu berburu ikan di dalam air.
Raja udang termasuk burung penyendiri. Sifatnya sangat teritorial, karena setiap hari harus mengkonsumsi makanan dengan porsi 60% dari bobot badannya. Jika bobot badannya 50 gram, maka saban hari dia harus memperoleh makanan seberat 30 gram! Hal itulah yang membuat burung ini tidak cocok dipelihara dalam sangkar dan mudah mati.